Pertama kali saya menghisap rokok adalah sewaktu saya duduk di kelas VI SD.
Biasalah hormon pertumbuhan sedang kencang-kencangnya dan rasa ingin tahu dan meniru teman-teman sepergaulan menyebabkan saya menjadi perokok berat.
Dari yang hanya beberapa batang sehari menjadi 1 sampai 2 bungkus sehari.
Merokok dijadikan kebutuhan pokok setelah makanan.
Kalau di kantong celana tidak ada bungkusan rokok rasanya ada sesuatu yang hilang dari kehidupan.
Pokoknya di kantong celana atau di meja kerja harus ada minimal sebungkus rokok.
Padahal sudah sering saya melihat dan mendengar akibat-akibat buruk dari asap rokok.
Namun karena rokok sudah mendarah daging, saya anggap berita-berita tersebut sebagai angin lalu.
Sebenarnya beberapa tahun terakhir saya sudah merasakan akibat dari asap rokok.
Setiap beberapa bulan sekali saya menderita sakit yang rutin, yaitu batuk atau radang tenggorokan.
Tapi saya belum menyadari kalau sakit itu diakibatkan dari kebiasaan saya merokok.
Dan sakit itu tidak membuat saya menyadari kalau merokok itu sangat berbahaya bagi kesehatan.
Sampai akhirnya sekitar awal tahun 2007, saya menderita sakit tenggorokkan yang bisa dibilang berat, badan saya sampai panas dan lemas, tidak bisa bangun dari tempat tidur.
Mulai saat itu saya tidak berani untuk merokok, karena tenggorokan saya sangat sakit kalau menghisap rokok.
Sekitar seminggu waktu yang saya butuhkan untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Setelah sembuh, keinginan saya untuk merokok hilang.
Saya bingung, yang biasanya lidah terasa asam kalau tidak merokok, tapi kok sekarang sudah tidak lagi.
Adik saya juga bingung melihat saya tidak merokok. "Lo uda ga ngerokok lagi?"
"Ga nih, kapok deh kayanya", jawab saya.
Memang terkadang rasa ingin merokok itu ada. Apalagi kalau melihat adik saya atau pegawai saya menghisap rokok dengan nikmatnya.
Suatu hari saya sempat membaca sekilas tentang berhenti merokok dengan hipnotis, kalau tidak salah Romy Rafael pengarangnya.
Di buku itu ditulis cara untuk menghipnotis diri sendiri untuk berhenti merokok.
Pelan-pelan saya praktekkan pada diri saya.
Biasanya rasa ingin merokok yang paling besar adalah sewaktu saya selesai makan, entah itu makan pagi, siang atau malam.
Keinginan untuk merokok itu disebabkan karena dipikiran saya sudah tertanam kalimat, "Wah, kalau habis makan, merokok itu nikmat sekali".
Kalimat itulah yang menyebabkan saya selalu tergoda untuk kembali merokok, keinginan untuk mulai merokok lagi sangat besar.
Oleh karena itu kalimat tersebut saya ubah.
"Setelah makan saya tidak ingin menghancurkan hidup saya, saya ingin menikmati hidup ini tanpa asap rokok".
Rasa ingin merokok terbesar kedua adalah pada saat saya berkumpul dengan teman-teman saya yang dimana sebagian besar adalah perokok.
Biasanya kalau sedang berkumpul, keinginan untuk merokok timbul karena tangan saya terasa aneh kalau tidak merokok. Aneh karena biasanya kalau berkumpul itu pasti terselip sebatang rokok di jari tangan saya. Sembari mengobrol rasanya tidak enak kalau jari tangan diam saja dan tidak memegang rokok.
Oleh karena itu, kebiasaan itu saya ubah. Rokok saya ubah menjadi handphone.
Jadi sekarang kalau saya sedang berkumpul, tangan saya selalu sibuk mengutak-atik handphone. Entah itu memainkan tombol-tombolnya atau sekedar membolak-balikkan handphone tersebut.
Rasa ingin merokok terbesar ketiga adalah pada saat saya tidak ada kerjaan sama sekali dan sedang sendiri tanpa ditemani satu orang pun. Biasanya keadaan ini terjadi kalau saya sedang menunggu seseorang di suatu tempat.
Namun biasanya sebelum menghadapi situasi seperti ini saya sudah mempersiapkan diri terlebih dahulu.
Rokok saya ganti menjadi permen.
Jadi mulai saat itu saya selalu membawa permen dalam jumlah yang lumayan besar (biasanya minimal 5 buah permen).
Dengan menghisap permen, rasa keinginan saya untuk merokok jadi hilang.
Kebiasaan itu saya jalankan selama kurang lebih 2 bulan. Setelah itu saya menjadi terbiasa dan mulai melupakan rokok.
Sekarang saya sudah bisa hidup tanpa rokok, bahkan kalau ada orang yang menghisap rokok di dekat saya, saya tidak kuat untuk mencium asap rokok buangan dari orang tersebut.
Sekarang di pikiran saya sudah tertanam bahwa rokok itu sangat tidak sehat dan dapat menyebabkan berbagai macam jenis penyakit.
Stop smoking? Why not?
2 komentar:
asik juga pengalamannya. boleh dong minta dikirim ke antonemus@yahoo.com utk dimuat di www.balebengong.net.
oya, jgn lupa gabung di milis baliblogger@yahoogroups.com.
-anton-
hey patrick.. pengalaman yg bagus. kebetulan gw kerja di penerbit buku Penebar Plus dan kita mo nerbitin buku tentang stop smoking. gw boleh gak pake pengalaman lo buat dimasukkin ke buku itu? supaya org lain tau kalo bahaya rokok tuh nyata.. hehehhee..
Posting Komentar